JellyPages.com

Rabu, 13 April 2016

Toefl is a form of the English language test designed to measure a person's mastery of the English language, especially those who use English as a foreign language (foreign language).

Based on the medium used, Toefl now has three types, namely Paper-Based TOEFL (PBT), Computer-Based TOEFL, and Internet-Based TOEFL (IBT) :
1. Paper-Based TOEFL (PBT) is a type of test is the oldest and most widely used because they still use paper media (paper based). Answer sheets that are used are also using paper answer sheet.
2. Computer-Based TOEFL (CBT) is a type of computer-based tests used since 1998. This test type has been using computer technology. The format used is different because everyone uses a computer and no more paper used in this test.
3. Internet-Based TOEFL (IBT) is a recent TOEFL test types that were adopted since 2005. This species is widely used with the advances in internet technology.

In order to obtain a high score, make sure you make preparations and habits that support to take the TOEFL test, which is a common strategy to follow the TOEFL test is:
1. Follow the TOEFL preparation courses = courses and learned books TOEFL preparation (TOEFL Preparation).
2. Practice as often as possible with materials TOEFL preparation, both for the Listening Comprehension, Structure and Written Expression, or Vocabulary and Reading Comprehension. Work on the problems that exist and analyze your weaknesses to work on the problems.
3. Practise specifically for Listening Comprehension section via CD or exercise tapes. You also need to watch a lot of TV shows or movies that use English.
4. Study analyzes on questions compiled by the authors of TOEFL test preparation.
5. To the Structure, learn not only the rules of grammar but also the mistakes that appear most frequently (Common Mistakes) because many problems arise from the use of English common mistakes.
6. Enrich your knowledge of vocabulary and expressions (Idiom) because this term is widely used in Vocabulary or Listening Comprehension Reading Comprehension.

Verb is a word or phrase that reveals the presence, actions, and experiences. There are two kinds of verbs in the English language, which is the main verb (main verb) and helpers (auxiliary verb). At various grammar book called auxiliary verb (auxiliary verb) for use with the main verb (main verb).
 Example :
1.  He wanted to speak with Mr Brown
2.  In my opinion, it is too soon to make a decision
3.  She is considering not going
4. We wouldn’t mind waiting
5. They did it very well after they had practiced

Sumber : Buku Cerdas TOEFL 
                2012 KARISMA Publishing Group
                Drs. R. Suyoto Bakir



Senin, 28 Maret 2016

Tugas Bahasa Inggris 2

TTPertama, produksi adalah penciptaan jasa atau perubahan bahan ke dalam suatu produk. salah satu contoh adalah konversi dari bijih besi menjadi bagian mobil logam. selanjutnya produk ini perlu dipindahkan dari pabrik ke pasar. ini dikenal sebagai proses distribusi. Sebuah mobil mungkin dipindahkan dari sebuah pabrik di Detroit ke sebuah dealer mobil di Miami

first, production is the creation of services or the changing of materials into product. one example is the conversion of iron ore into metal car parts. next these products need to be moved from the factory to the marketplace. this is known as distribution. A car might be moved from a factory in Detroit to a car dealership in Miami.
1. What is the main idea of paragraph 1?
The main idea of paragraph 1 is a definition of business is the production,distribution,and sale of goods and services for a profit

2. How does the modern meaning of business differ from traditional one?
The concepts  and activities of business have increased in modern time. Traditionaly, business simply meant exchange or trade for things people wanted or needed. 

3. What is the main idea of paragraph 2 ?
Definition of  Production and distribution of car

4. What is ‘Production’?
Production is the creation of services or the changing of materials into products.

5. What is distribution ?
Product need to be moved from the factory to the marketplace

6. How do goods differ from service ?
Goods are products which people either need or want.Services,on the other hand,are activities which a person or group performs for another person or organization

7. What is ‘Sale?
Sale is the exchange of a product or service for money.

8. How many factors are there in bsiness ? what are they ?
3, Production, distribution and sale

9. What is profit ?
Profit is the money that remains after all the expenses are paid

10. What is the primary goal of business activity ?
Creating an economic surplus or profit

Selasa, 05 Mei 2015


Menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dalam pendidikan merupakan tantangan utama pendidikan. Inflasi nilai, mencontek selama ujian nasional (UN), bocornya soal plus jawabannya, dan berbagai bentuk kecurangan lain, menjadi tanda kegagalan lembaga pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran. Indeks integritas sekolah (IIS) bisa menjadi solusi? Jawabannya adalah tidak! Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan memperkenalkan istilah baru kepada publik terkait kebijakan UN, yaitu IIS. Indeks ini menjadi petunjuk sejauh mana sebuah sekolah memiliki tingkat kejujuran dalam melaksanakan UN. Indeks integritas ini bisa menjadi pertimbangan bagi perguruan tinggi dalam menyeleksi calon mahasiswa baru.

Di kalangan para ahli psikometrik, konsep indeks integritas ini bukanlah hal baru. Kita bisa menyebut berbagai macam teori tentang indeks integritas ini, mulai dari teori klasik yang diawali Bird (1927, 1929), Crawford (1930), Dickenson (1945), dan Anikeef (1954). Teori tentang indeks integritas kemudian dikembangkan banyak ahli psikometrik, Saupe (1960), Dunn, (1961), Angoff (1974), Holland (1996), Wollack (1997, 2006), dan Sotaridona dan Meijer (2002, 2003).

Teori tentang indeks integritas ini masih diperdebatkan. Masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan tergantung dari cara menghitung indeks dan variabel yang diperbandingkan. Teori awal yang dikembangkan Bird (1930), misalnya, kiranya sudah tidak cocok lagi dipakai karena hanya mendasarkan diri pada perbandingan distribusi jawaban salah antara peserta yang mencontek (copier) dan yang dicontek (source) untuk menentukan indeks integritas.

Teori yang dikembangan Crawford, Dickenson, dan Anikeef masih berada di jalur yang sama, yaitu menggunakan variabel jawaban salah. Teori ini kemudian dikembangkan dengan memasukkan variabel lain, seperti distribusi jawaban benar, baik melalui analisis persamaan jawaban benar atau salah secara secara berurutan (string) (Hanson et al dan Angoff, 1974) dan acak (random).

Integritas tes

Berbagai macam teori indeks integritas, terutama yang klasik, tidak dapat diterapkan dalam konteks UN di Indonesia, karena UN di Indonesia bukan hanya ada satu varian soal, melainkan ada 20 varian soal. Teori sumber-pelaku sudah lama ditinggalkan karena tidak memiliki kekuatan memprediksi tingkat kejujuran.

Indeks integritas yang menggunakan multivariabel sering diacu untuk mengatasi kelemahan indeks integrasi sebelumnya (Angoff, 1974; Frary dan Tideman, 1997). Angoff (1974), misalnya, menggunakan indeks multivariabel untuk menentukan level integritas. Namun, penggunaan multivariabel ini pun masih banyak diperdebatkan para ahli psikometrik terkait sisi praktikalitas dan efektivitasnya. Bagi publik, terutama kalangan akademisi, tentu saja dasar pilihan teori yang dipakai Kemdikbud untuk menentukan indeks integritas sekolah perlu dipublikasi, atau paling tidak disosialisasikan, sehingga kalangan akademisi bisa meneliti dan menilai apakah analisis dan alat ukur yang dipakai oleh Kemdikbud dapat dipertanggungjawabkan.

Indeks integritas tes (IIT) kiranya lebih tepat dipakai sebagai ungkapan ketimbang IIS, karena seluruh diskursus tentang teori indeks integritas hanya mengukur indeks kejujuran sebuah tes (UN) dan tidak dapat dipakai untuk menyimpulkan perilaku jujur sebuah sekolah secara umum. Fungsi indeks integritas selalu terbatas. Karena itu, adalah keliru menggeneralisasi hasil indeks integritas tes untuk menilai kualitas kejujuran sebuah sekolah.

Rahasia?

Sistem pelaporan skor IIS dalam UN 2015 pun dipertanyakan. Nilai IIS tidak akan dipublikasi kepada masyarakat, tetapi hanya menjadi informasi yang diberikan pada sekolah dan perguruan tinggi. Pembatasan pemberian informasi publik ini membuat kita bertanya, apakah IIS merupakan rahasia negara, seperti soal UN yang bukan konsumsi publik? IIS dipakai untuk memberi tahu sekolah tentang skor nilai kejujuran sehingga sekolah dapat mengevaluasi diri dalam menanamkan nilai kejujuran ini. Kiranya informasi yang sama juga dibutuhkan orangtua dan masyarakat di mana mereka menyekolahkan anak-anaknya.

Bila secara teoretis IIS sesungguhnya tidak mengukur kualitas kejujuran sekolah, atau kejujuran seluruh anggota sekolah, melainkan hanya menilai sejauh mana dalam UN siswa satu dan yang lainnya saling mencontek melalui perbandingan data statistik jawaban benar dan salah dengan menggunakan kerangka teori tertentu, di mana kerangka teori ini pun masih diperdebatkan di kalangan para ahli psikometrik, kiranya terlalu berlebihan menganggap hasil evaluasi IIS sebagai rahasia negara.

Publik memiliki hak memperoleh informasi tentang kerangka teoretis, tujuan dan hasil dari sebuah proses evaluasi pendidikan yang diadakan oleh negara yang memengaruhi para pemangku kepentingan pendidikan, terutama orangtua.

Menilai kejujuran sekolah tidak dapat dilakukan melalui analisis statistik jawaban benar dan salah dalam sebuah ujian di mana kerangka teori yang menjadi landasannya masih banyak diperdebatkan di kalangan ahli psikometrik sendiri. Kejujuran merupakan sikap hidup yangperlu dilatih dan dibiasakan, didukung dengan lingkungan budaya, struktur, dan peraturan yang mendukung bertumbuhnya nilai penghargaan terhadap kebenaran. Sikap ini tidak dapat dinilai melalui indeks integritas sekolah yang sifatnya terbatas.

Kejujuran sebuah sekolah hanya bisa dinilai dari sejauh mana anggota-anggota sekolah itu melaksanakan nilai-nilai kejujuran semenjak mereka datang memasuki pintu gerbang sekolah sampai pulang, melalui contoh, teladan, pemberian ruang bagi praksis kejujuran yang didukung oleh aturan-aturan sekolah yang konsisten diterapkan, seperti menghilangkan budaya dan aturan katrol nilai, membuat peraturan dan sanksi tegas tentang perilaku mencontek, menghapuskan peraturan tentang kriteria ketuntasan minimal yang sering menjadi sumber ketidakjujuran guru dalam menilai siswa, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan sekolah.

Hal-hal ini kiranya lebih mendesak diperjuangkan dan diterapkan dalam lembaga pendidikan kita ketimbang memperkenalkan istilah baru kerangka teorinya masih diperdebatkan; tujuan, konsep dan metodenya dipertanyakan; dan sistem pelaporannya tertutup dan menafikan kontrol publik. IIS bukan hal fundamental yang dibutuhkan bangsa ini.

1.      Judul : Menilai Kejujuran

2.      Penulis : Doni Koesoema A

3.      Tanggal Penerbit : 22 April 2015

4.      Ragam Bahasa : Pendidikan

5.      Sinopsis atau Ringkasan :

Kejujuran sebuah sekolah hanya bisa dinilai dari sejauh mana anggota-anggota sekolah itu melaksanakan nilai-nilai kejujuran semenjak mereka datang memasuki pintu gerbang sekolah sampai pulang, melalui contoh, teladan, pemberian ruang bagi praksis kejujuran yang didukung oleh aturan-aturan sekolah yang konsisten diterapkan, seperti menghilangkan budaya dan aturan katrol nilai, membuat peraturan dan sanksi tegas tentang perilaku mencontek, menghapuskan peraturan tentang kriteria ketuntasan minimal yang sering menjadi sumber ketidakjujuran guru dalam menilai siswa, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan sekolah.

6.      Keunggulan :

-          Bahasanya mudah dimengerti dan dipahami oleh pembaca

-          Dapat menginspirasi bagi siswa-siswi

7.      Kelemahan :

-          Terlalu banyak teori menurut masing-masing tokoh

8.      Pendapat Akhir :

Cukup baik artikel ini untuk memotivasi para murid untuk menanamkan rasa kejujuran sejak dini
Sumber :http://widiyanto.com/menilai-kejujuran/#more-623

Jumat, 09 Januari 2015

Analisa Jurnal Tentang Perilaku Konsumen terhadap Pembelian Suatu Barang

Penelitian diadakan di Giant Hypermarket MOG di Jalan Kawi dan MATOS Hypermart di Jalan Veteran di kota Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan keputusan  pembelian konsumen terhadap chicken nugget dan untuk mengetahui faktor-faktor pengaruh. Jumlah sampel 100 responden dengan 50 konsumen dari setiap lokasi yang digunakan untuk mendapatkan data yang dipilih secara accidental sampling. Data dikumpulkan dari 19 Mei - 26 Juni 2013. Data primer dikumpulkan dengan metode survei menggunakan kuisioner struktural.  Analisis data terdiri dari dua tahap, yaitu analisis faktor dan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini bahwa konsumen membeli chicken nugget dengan merek dan kuantitas yang sama namun berdasarkan kebutuhan. Faktor "lingkungan sosial chicken nugget konsumen", "promosi, tempat dan komposisi chicken nugget", "harga dan merek chicken nugget", "promosi dan produk chicken nugget", jenis kelamin dan pekerjaan dapat meningkatkan pembelian konsumen terhadap produk chicken  nugget.
Sumber : http://fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/01/PERILAKU-KONSUMEN-DALAM-PEMBELIAN-PRODUK-CHICKEN-NUGGET.pdf

Kamis, 08 Januari 2015

Bagaimana Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Belanja Online


4 Perilaku Konsumen Saat Belanja Online. Ini perlu anda ketahui jika anda menjadi seorang penjual online. Beberapa hal berikut mungkin dapat sedikit membantu anda dalam hal memperhatikan perilaku konsumen yang setidaknya dapat membantu konversi tingkat pembelian terhadap produk anda. Jangan heran pada saat pengunjung web toko online anda yang hanya sekedar bertanya namun tidak membeli produk dari toko anda hmmm.. apalagi tanyaknya udah panjang lebar tapi tidak jadi beli,,,sebel banget. Ini pernah saya alami. Ya sebagai penjual harus sabar meladeni pembeli apapaun karekaternya.

Inilah 10 perilaku konsumen yang patut kita ketahui jika kita berposisi sebagai penjual :

1. Menanyakan harga produk

Ini sering kali terjadi, meskipun harga sudah jelas di pajang pada web, harga produk tetap di tanyakan juga hadehh…:-D

Tips:

Tetap tanggapi dengan positif apapun yang di tanyakan konsumen. Apalagi konsumen tersebut adalah konsumen yang beru datang ke toko online anda ( konsumen baru ). Jangan biarkan ia kabur karena kesan acuh yang ia dapat dari tanggapan anda saat anda  merasa jengkel.

 2. Melakukan pemesanan namun tidak melakukan pembayaran

Kadang ada juga pembeli yang tertarik dan sampai memesan produk. Namun untuk selanjutnya konsumen tersebut tidak melakukan pembayaran produk atau sekedar tertarik iseng. Ini juga pernah saya lakukan saat saya berbelanja online, maklum saya tertarik produk tersebut padahal uang saya belum ada hehe..:-D. Ini salah satu perilakuk  konsumen saat berbelanja online. Mengapa ini bisa terjadi, karena berbelanja online kita dapat sesuka kita memilih produk dan memesanya tanpa malu untuk selanjutnya membatalkan pemesananya kita tersebut.

Tips:

Jika itu terjadi pada anda ( sebagai penjual online ), konsumen tersebut merupakan prospek yang bagus dan memungkinkan terjadinya pembelian terhadap produk anda. Tanggung jawab anda adalah selanjutnya mem-follow atau mengingatkan terhadap pemesanan yang dilakukan konsumen anda tersebut. Biasanya follow-up dilakuka 1-2 hari setelah pemesanan dilakukan oleh konsumen. Ini juga salah satu tips menfollow pengunjung prospek. Jika kita terlalu cepat melakukan followup, maka kencerungan konsumen malah merasa takut, seolah-olah ingin di paksa untuk membeli. Teknik dan tips menfolloup konsumen akan saya bahas di postingan selanjutnya. Karena dengan teknik followup yang baik akan mengingkatkan tingkat pembelian atas produk anda.

3. Butuh jaminan

Setiap berbelanja online konsumen pasti berhati-hati. Karena yang memang pada dasarnya berbelanja online adalah belanja dengan sistem kepercayaan. Jika konsumen sudah berani belanja di toko online anda, itu berarti konsumen tersebut sudah memberikan kepercayaannya terhadap toko online anda. Dari sinilah jangan kita hancurkan kepercayaan konsumen tersebut. Konsumen butuh jaminan atas produk yang dibelinya tersebut. Sudah terbukti banyak toko online yang memberikan jaminan atas produknya, terjadi tingkat penjualan yang tinggi setelah menerapkan “jaminan uang kembali”. Dan teknik menjamin konsumen seperti ini masih banyak lagi trik dan kata-kata yang digunakan. Jika kita bahas disini akan sangat lebar. Di postingan selanjutnya akan kita bahas secara mendetail bagaiman mana menjamin konsumen agar ia tidak ragu dan langsung membeli produk dari toko online kita.

Tips:

Contoh beberapa kalimat yang dapat menjamin konsumen sehingga ia merasa tidak sungkan mengeluarkan uangnya untuk membeli produk anda: “Garansi uang kembali jika produk tidak asli“,”Barang tidak sampai kami kirim ulang“. Dan masih banyak lagi yang lainya. Yang intinya adalah membuang rasa takut yang dimiliki konsumen saat berbelanja online.

 4. Jaga privasi

Tidak semua konsumen yang berbelanja online suka diketahui orang lain paket apa yang dikirim padanya. Banyak juga yang mengingiknan di jaga kerahasiaanya. Misalnya saat sering mendapat konfirmasi konsumen setelah melakukan pembayaran dengan pertanyaan : “Paket dibungkus polos ya mas“, “Nama produk janga ditulis ya mas“,dll.

Tips:

Usahakan beri kalimat yang membuat konsumen merasa nyaman. Misal:”Paket dibungkus polos dan rapih“. Ada kalimat rapih yang secara tidak langsung membuat konsumen tenang dan nyaman secara psikologi. Dan hal tersebut memang sangat berkaitan erat dengan salah satu dasar konsumen berbelanja, yaitu konsumen berbelanja karena sisi emosional.

Itulah 4 Perilaku konsumen saat berbelanja online yang dapat sharing pada teman semua. Semoga dapat membatu. Mari berdiskusi memalu form komentar jika ada yang ingin ditambahkan atau memberi saran. Saya dengan senang hati menanggabi komentar atau saran yang teman semua berikan
 
 

Rabu, 29 Oktober 2014

Faktor yg Mempengaruhi Konsumen Melakukan Pembelian

Menurut phillip Kotler (2003:202) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh empat faktor, diantaranya sebagai berikut:
1. Faktor budaya
Budaya, sub budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar. Anak-anak yang sedang tumbuh akan mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya. Contonhya pada anak-anak yang dibesarkan di Amerika Serikat sangat terpengaruh dengan nilai-nilai sebagai berikut: prestasi, aktivitas, efisiensi, kemajuan, kenikmatan materi, individualisme, kebebasan, humanisme, dan berjiwa muda.
Masing-masing subbudaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya seperti kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan wilayah geografis.
Pada dasaranya dalam sebuah tatanan kehidupan dalam bermasyarakat terdapat sebuah tingkatan (strata) sosial. Tingkatan sosial tersebut dapat berbentuk sebuah sistem kasta yang mencerminkan sebuah kelas sosial yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hirarkis dan para anggotanya menganut nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan, perilaku dalam berbusana, cara bicara, rekreasi dan lain-lainya.
2. Faktor Sosial
Selain faktor budaya, perilaku pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial diantarannya sebagai berikut:
a. Kelompok acuan
Kelompok acuan dalam perilaku pembelian konsumen dapat diartikan sebagai kelompok yang yang dapat memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang tersebut. Kelompok ini biasanya disebut dengan kelompok keanggotaan, yaitu sebuah kelompok yang dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap seseorang. Adapun anggota kelompok ini biasanya merupakan anggota dari kelompok  primer seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja yang berinteraksi dengan secara langsung dan terus menerus dalam keadaan yang informal. Tidak hanya kelompok primer, kelompok sekunder yang biasanya terdiri dari kelompok keagamaan, profesi dan asosiasi perdagangan juga dapat disebut sebagai kelompok keanggotaan.
b. Keluarga
Dalam sebuah organisasi pembelian konsumen, keluarga dibedakan menjadi dua bagian. Pertama keluarga yang dikenal dengan istilah keluarg orientas. Keluarga jenis ini terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang yang dapat memberikan orientasi agam, politik dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Kedua, keluarga yang terdiri dari pasangan dan jumlah anak yang dimiliki seseorang. Keluarga jenis ini biasa dikenal dengan keluarga prokreasi.
c. Peran dan status
Hal selanjutnya yang dapat menjadi faktor sosial yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian seseorang adalah peran dan status mereka di dalam masyarakat. Semakin tinggi peran seseorang didalam sebuah organisasi maka akan semakin tinggi pula status mereka dalam organisasi tersebut dan secara langsung dapat berdampak pada perilaku pembeliannya. Contoh seorang direktur di sebuah perusahaan tentunya memiliki status yang lebih tinggi dibandingkan dengan seorang supervisor,begitu pula dalam perilaku pembeliannya. Tentunya, seorang direktur perusahaan akan melakukan pembelian terhadap merek-merek yang berharga lebih mahal dibandingkan dengan merek lainnya.
3. Pribadi
Keputusan pembelian juga dapat dipengaruhi oleh karakterisitik pribadi diantaranya usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep-diri pembeli.
a. Usia dan siklus hidup keluarga
Orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya yang dimana setiap kegiatan konsumsi ini dipengaruhi oleh siklus hidup keluarga
b. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi
Pekerjaan dan lingkungan ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pola konsumsinya. Cotohnya, direktur perusahaan akan membeli pakaian yang mahal, perjalanan dengan pesawat udara, keanggotaan di klub khusus, dan membeli mobil mewah. Selain itu, biasanya pemilihan produk juga dilakukan berdasarkan oleh keadaan ekonomi seseorang seperti besaran penghasilan yang dimiliki, jumlah tabungan, utang dan sikap terhadap belanja atau menabung.
c. Gaya hidup
Gaya hidup dapat di artikan sebagai sebuah pola hidup seseorang yang  terungkap dalam aktivitas, minat dan opininya yang terbentuk melalui sebuah kelas sosial, dan pekerjaan. Tetapi, kelas sosial dan pekerjaan yang sama tidak menjamin munculnya sebuah gaya hidup yang sama. Melihat hal ini sebagai sebuah peluang dalam kegiatan pemasaran, banyak pemasar yang mengarahkan merek mereka kepada gaya hidup seseorang. Contohnya, perusahaan telepon seluler berbagai merek berlomba-lomba menjadikan produknya sesuai dengan berbagai gaya hidup remaja yang modern dan dinamis seperti munculnya telepon selular dengan fitur multimedia yang ditujukan untuk kalangan muda yang kegiatan tidak dapat lepas dari berbagai hal multimedia seperti aplikasi pemutar suara, video, kamera dan sebagainya. Atau kalangan bisnis yang menginginkan telepon selular yang dapat menujang berbagai kegiatan bisnis mereka.
d. Kepribadian
Setiap orang memiliki berbagai macam karateristik kepribadian yang bebeda-beda yang dapat mempengaruhi aktivitas kegiatan pembeliannya. Kepribadian merupakan ciri bawaan psikologis manusia yang berbeda yang menghasilkan sebuah tanggapan relatif konsiten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya. Kepribadian biasanya digambarkan dengan menggunakan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri dan kemapuan beradaptsi (Harold H kasarjian 1981:160). Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam  menganalisis pilihan merek konsumen. Hal ini disebakan karena beberapa kalangan konsumen akan memilih merek yang cocok dengan kepribadiannya.
4. Psikologis
Terakhir, faktor yang dapat mempengaruhi  keputusan pembelian konsumen adalah faktor psikologis. Faktor ini dipengaruhi oleh empat faktor utama diantaranya sebagai berikut:
a. Motivasi
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu-waktu tertentu. Beberapa dari kebutuhan tersebut ada yang muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, dan rasa ketidaknyamanan. Sedangkan beberapa kebutuhan yang lainnya dapat bersifat psikogenesis; yaitu kebutuhan yang berasal dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan atau rasa keanggotaan kelompok. Ketika seseorang mengamati sebuah merek, ia akan bereaksi tidak hanya pada kemampuan nyata yang terlihat pada merek tersebut, melainkan juga melihat petunjuk lain yang samar seperti wujud, ukuran, berat, bahan, warna dan nama merek tersebut yang memacu arah pemikiran dan emosi tertentu.
Banyak riset yang telah dilakukan peneliti dalam menghubungkan motivasi seseorang dalam kegiatan pembelian produk tertentu seperti yang dipelopori oleh Ernest Dichter (Kotler 2003:215), yang dimana risetnya telah menghasilkan hipotesis sebagai berikut:
·         Konsumen menolak buah prem karena buah prem terlihat keriput dan mengingatkan mereka pada orang berusia lanjut.
·         Pria menghisap cerutu sebagai versi dewasa dari kebiasaan menghisap ibu jari di masa anak-anak.
·         Wanita lebih menyukai lemek nabati daripada hewani karena dapat menimbulkan rasa bersalah karena telah membunuh binatang.
·         Wanita yang tidak yakin dengan adonan kue jika adonan tersebut tidak amemerlukan tambahan telur, karen adonan tersebut membantu mereka merasa bahwa sedang “melahirkan”.
Selain riset dari Ernest diatas, Jeans Callibout menidentifikasikan motivasi-motivasi yang berbeda-beda yang dapat dipuaskan oleh suatu produk. Contohnya, wiski dapat memenuhi kegiatan relaksasi sosial, status, atau kesenangan sehingga merek wiski perlu diposisikan pada salah satu daya tarik tersebut.
Frederick Herzerberg mengembangkan teori dua-faktor yang membedakan dissastifier (faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan) dan satisfier (faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan) yang dapat memotivasi kegiatan pembelian konsumen. Ia mencotohkan dalam kegiatan pembelian komputer yang dimana tidak adanya garansi dapat menjadi faktor dissaatisfier tetapi adanya garansi juga tidak menjadi pemuas atau motivator pembelian, karena garansi bukan merupakan sumber kepuasan instrinsik komputer. Melainkan kemudahan  penggunaanlah yang dapat menjadi satisfier yang dapat memotivasi kegiatan pembelian.
b. Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk segera melakukan tindakan. Bagaimana tindakan seseorang  yang termotivasi akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi dapat diartikan sebagai sebuah proses yang digunkan individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan sebuah gambaran (Bernard Barelson, dalam Kotler 2003:217). Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.
Setiap persepsi konsumen terhadap sebuah produk atau merek yang sama dalam benak setiap konsumen berbeda-beda karena adanya tiga proses persepsi yaitu:
Perhatian selektif
Perhatian selektif dapat diartikan sebagai proses penyaringan atas berbagai informasi yang didapat oleh konsumen. Dalam hal ini para pemasar harus bekerja keras dalam rangka menarik perhatian konsumen dan memberikan sebuah rangsangan nama yang akan diperhatikan orang. Hal ini disebabkan karena orang lebih cenderung memperhatikan rangsangan yang berhubungan dengan kebutuhnnya saat ini, memperhatikan rangsangan yang mereka antisipasi dan lebih memerhatikan rangsangan yang memiliki deviasi besar terhadapa ukuran rangsangan normal seperti, orang cenderung akan memperhatikan iklan yang menawarkan potongan dan bonus sebesar rp.100.000 ketimbang iklan komputer yang hanya memberikan bonus atau potongan yang bernilai rp.50.000
Distorsi Selektif
Distorsi selektif merupakan proses pembentukan persepsi yang dimana pemasar tidak dapat berbuat banyak terhadap distorsi tersebut. Hal ini karena distorsi selektif merupakan kecenderungan orang untuk mengubah informasi menjadi bermakna pribadi dan menginterpretasikan informasi yang didapat dengan cara yang akan mendukung pra konsepsi konsumen.
Ingatan Selektif
Orang akan banya melupakan banyak hal yang merek pelajari namun cenderung akan senantiasa mengingat informasi yang mendukung pandangan dan keyakinan mereka. Karena adanya ingatan selektif, kita cenderung akan mengingat hal-hal baik yang yang disebutkan tentang produk yang kita sukai dan melupakan hal-hal baik yang disbutkan tentang produk yang bersaing.
c. Pembelajaran
Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Banyak ahli pemasaran yang yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja antara pendorong, rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan dan penguatan. Teori pembelajaran mengajarkan kepada para pemasar bahwa mereka dapat membangung permintaan atas suatu produk dengan mengaitkan pada pendorongnya yang kuat, menggunakan isyarat yang memberikan motivasi, dan memberikan penguatan positif karena pada dasarnya konsumen akan melakukan generalisasi terhadap suatu merek. Cotohnya, konsumen yang pernah membeli komputer merek IBM yang mendapatkan pengalaman menyenangkan dan persepsi yang positif akan mengasumsikan bahwa merek IBM merupakan merek komputer yang terbaik, ketika konsumen akan membeli printer merek IBM mungkin konsumen juga berasumsi hal yang sama bahwa IBM menghasilkan printer yang baik.
d. Keyakinan dan Sikap
Melalui betindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya kemudian mempengaruhi perilaku pembelian konsumen . Keyakinan dapat diartikan sebgai gambaran pemikiran seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang tentang produk atau merek akan mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Contohnya studi tentang keyakinan merek yang menemukan bahwa konsumen sama-sama menyukai Diet Coke dan Diet Pepsi ketika mencicipi keduanya dalam tanpa merek. Tetapi, ketika mencicipi Diet yang diberi tahu mereknya, konsumen memilih diet Coke 65% dan Diet Pepsi 23%. Dalam contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa keyakinan akan merek dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Selain keyakinan, sikap merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Sikap adalah evaluasi, perasaan emosi, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap suatu objek atau gagasan tertentu.(David Kreh, dalam Kotler 2003:219).
Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Para Ahli

·         Menurut Loudon dan Bitta (1995)
Mencakup proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik dalam pengevaluasian, perolehan, penggunaan dan mendapatkan barang atau jasa.
·         Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1995)
Pemahaman terhadap perilaku konsumen mencakup pemahaman terhadap tindakan yang langsung dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, serta termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.
·         Menurut Hawkins, Best dan Coney (2007)
Merupakan studi tentang bagaimana individu, kelompok atau organisasi melakukan proses pemilihan, pengamanan, penggunaan dan penghentian produk, jasa, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhannya terhadap konsumen dan masyarakat.
·         Menurut Schiffman dan Kanuk (2007)

Merupakan studi yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan membelanjakan sumber daya yang tersedia dan dimiliki (waktu, uang dan usaha) untuk mendapatkan barang atau jasa yang akan dikonsumsi.

Tujuan Mempelajari Perilaku Konsumen

·Dalam pasar yang semakin intensif  tingkat persaingannya, tuntutan konsumen yang semakin tinggi dan sangat ingin diperlakukan secara khusus, pemahaman akan konsumen begitu tinggi. Untuk itu sangatlah dibutuhkan pengetahuan tentang perilaku konsumen demi memuaskan konsumen dan memenangkan persaingan.
·Pemahaman terhadap perilaku konsumen sangat bermanfaat untuk kepentingan penyusunan strategi dan bauran pemasaran. Melalui pemahaman terhadap psikografis konsumen dan juga perilaku penggunaan, pemasar dapat melakukan segmentasi berdasarkan variabel tersebut. Berdasarkan sikap konsumen, pemasar dapat menyusun strategi promosi, khususnya iklan secara tepat.
·Manfaat mempelajari perilaku konsumen bagi perusahaan adalah memungkinkan perusahaan memahami dengan tepat kebutuhan dan keinginan pelanggannya sehingga dapat membantunya untuk memuaskan pelanggan, menerapkan konsep pemasaran dan memperluas legitimasi ke masyarakat (Sheth & Mittal, 2004)